Ide Kreatif Belajar Matematika Dasar untuk Anak 4-5 Tahun (Catatan Homeschooling)

You are currently viewing Ide Kreatif Belajar Matematika Dasar untuk Anak 4-5 Tahun (Catatan Homeschooling)

Hari ini saya akan menuliskan kegiatan Aya (5,5 tahun) di “sekolah rumah” kami. Kali ini jadwal yang tertulis adalah Matematika & Bahasa Indonesia. Meski subjek pelajaran kami seperti jadwal anak usia SD, tapi praktiknya saya lebih banyak menggunakan metode bermain dengan anak saya.

Saya amati perkembangan Aya yang lebih dominan dengan kecerdasan kinestetik, maka ide yang tercetus adalah permainan yang melibatkan unsur gerak sekaligus memberikan wawasan tentang belajar matematika dasar dan Bahasa Indonesia.

Dan seperti yang saya harapkan, ternyata memasukkan unsur pelajaran ke dalam permainan membuat antusiasmenya bertambah. Bahkan ia seakan tidak ingin berhenti karena saking enjoy-nya dengan metode belajar seperti ini.

Saya bikin apa emangnya? 
Saya sebenarnya cukup memanfaatkan apa yang tersedia di rumah. Saya mah nggak mau ribet. Saya lihat meja belajar ada kertas, pensil warna, spidol, pensil…dan AHA! Ide pun tercetus begitu saja.

Ide Kreatif Belajar Anak 4-5 Tahun

1. Layang-Layang Roket

Matematika TK itu sebenarnya seperti  apa sih? Saat memikirkan ini saya membayangkan konsep yang paling sederhana saja. Bangun datar adalah satu contohnya. Meski sudah sejak 2 tahun dia mengenal beragam bentuk bangun datar, saya pikir nggak ada salahnya memberikan materi ini lagi dengan tampilan yang berbeda.

Untuk itulah saya bikin mainan sederhana. Dengan bahan kertas dan pensil, saya menggambar 3-4 bentuk bangun dasar. Yakni:

  • persegi
  • persegi panjang
  • segitiga
  • hati

Buat bentuk roket. Setelah itu biarkan si kecil mewarnainya. Gunting roket dan ikat dengan benang dan tongkat kecil (saya pakai tangkai bekas balon). Simpel dan fun.

Sambil mewarnai, ajak si kecil berdiskusi untuk memperkuat kecerdasan linguistik/ bahasa. Ajari kosa kata baru yang berhubungan dengan luar angkasa atau tentang alat transportasi lainnya. Jadi, selain belajar matematika dasar, ia juga belajar istilah baru dalam bahasa Indonesia.

Terbukti Aya sangat menyukai roketnya. Ia berlari-lari di dalam dan di luar rumah berusaha menerbangkan roketnya. Mungkinkan ia sedang berimajinasi sedang menerbangkan roket di luar angkasa? Who knows…#senyum

2. DIY Board

Saya tidak menduga jika papan permainan yang saya buat dulu ternyata bisa berfungsi ganda sebagai alat belajar matematika dasar. Istilahnya, alat ini merupakan manipulative material yang bisa membantu anak untuk belajar matematika dan menghubungkannya dengan realita.

Problem abstrak yang terlihat membingungkan untuk memahami matematika ternyata bisa berubah menjadi sangat sederhana dan konkret dengan materi manipulatif semacam ini. Jadi ingat dulu waktu kecil belajar matematika itu pusing dan membosankan banget. Susah dan nggak asyik pokoknya.

Kalau pengenalan matematika dibikin lebih asyik seperti ini, apakah anak-anak jadi lebih mudah mengingat konsep matematika? #senyum

Saya pernah melihat model papan seperti ini, namanya apa saya tidak ingat. Mirip dengan ini tapi dengan paku-paku yang disusun simetris sehingga anak bisa belajar bangun datar dengan memasukkan karet gelang dan membuat aneka bentuk bangun yang diinginkan.

Dari sini saja kita bisa belajar tentang sisi, titik sudut, pola, konsep dasar spasial, dll. Banyak ternyata.

Kalau ada yang mau bikin papan seperti ini, saya sudah pernah membuat tutorialnya beberapa bulan lalu.

3. Berburu Peta Harta Karun/ Detektif-detektifan

Saya tidak tahu bagaimana menamai permainan ini. Intinya saya bikin permainan yang aturannya adalah:

1. Anak harus menemukan benda tertentu di tempat tertentu.
2. Setelah ketemu, baca apa yang tertulis (kita bisa berimajinasi kalau itu adalah peta yang harus dipecahkan kodenya). Kalau dalam hal ini, saya cuma menulis soal yang harus dijawab anak saya.
3. Anak harus menjawab dengan tepat. Jika benar ia boleh melaju ke tahap berikutnya, yakni menemukan benda/peta yang disembunyikan di tempat lain dan memecahkan kodenya.
4. Setelah berhasil semua, puji anak dan beri reward jika ada (Maaf, nak. Ibu nggak ngasih apa-apa…hiks).

Yang saya foto di atas ini untuk belajar Bahasa Indonesia. Saya ingin menambah kosa kata kali ini yaitu TANAMAN. Setiap huruf ditulis di kertas dan disembunyikan di rumah.
” Sekarang cari warna pink. Ada di mana?”
Aya pun bergerak ke sekeliling ruangan. Ekor matanya bergerak ke kiri dan kanan dengan penuh selidik layaknya detektif yang mencari petunjuk.
Setiap ketemu satu huruf (misal A), saya lalu bertanya, ” Apa nama tanaman/ buah/ sayur/ bunga/ pohon yang berawalan huruf A?”
Aya akan diam berpikir, ” Apel! Alpukat! Anggur!”
“Benar!” dan setelah berhasil menjawab biasanya ia akan melompat gembira.
Dengan cara belajar seperti ini, kemampuan berbahasa Aya bisa bertambah sangat pesat. Permainan ini serupa dengan ABC. Tapi dikemas dengan gaya berbeda.

Sebagai anak yang sepertinya bakal memiliki agitily & dexterity tinggi, Aya terbilang sangat suka dengan pelajaran permainan hari ini. Berkali-kali ia bilang, “Ayo, lagi! Lagi! Lagi!” sambil melompat-lompat kegirangan.

Begitu pun saat belajar matematika (lupa difoto). Salah satu soal yang ada di peta adalah, coba hitung mundur 10 sampai 1. Bisa ditebak, anak dengan kinestetik akan menghitung sambil berjalan mundur untuk bisa menjawabnya. Lalu saat pertanyaannya adalah menghitung 11 sampai 20. Dia akan berjalan/ melompat maju dengan girangnya sambil berhitung.

Very fun, huh? 

Begitulah, intinya sebagai orang tua yang menjadi pendidik anaknya, kita harus senantiasa kreatif dan jeli melihat perkembangan anak. Aya dengan kemampuan kinestetiknya memang sangat tidak tertarik dengan belajar model duduk manis tangan terlipat seperti yang saya jalani dulu waktu kecil. Dia tidak betah duduk diam. Kalau pun betah itu hanya pada saat menggambar dan mewarnai. Selebihnya… berlari, melompat, memanjat, jungkir- balik, men-smack down ibunya…et ce te ra.

Apakah kamu juga mengajari anak belajar di rumah? Seperti apa idemu? Bagilah pengalaman dan ceritamu di komentar. Saya suka mendengar bagaimana perjuangan orang tua lainnya untuk mendidik buah hatinya dengan penuh cinta.

Happy teaching

Nisa

Tinggalkan Balasan