Memberdayakan Perempuan dengan Merajut

Bismillaah.

Beberapa anak muda berusia 12-17 tahun tampak sibuk menatap secarik kertas dan sesekali mengait benang menggunakan hakpen. Wajah mereka kebanyakan serius meski ada juga 2-3 anak yang cekikikan asyik ngobrol sendiri.

Mereka sebenarnya sedang membuat karya rajutan perdana mereka pasca beberapa minggu belajar tusuk-tusuk dasar merajut. Waktu itu aku menugaskan gadis-gadis muda itu untuk membuat tempat HP sederhana dengan motif kerang. Polanya sendiri sengaja aku buat sesederhana mungkin agar mereka bisa mengikutinya dengan mudah.

Namun tak disangka, hingga waktu mengajar habis mereka masih belum bisa menyelesaikan tugas itu. Dalam hati aku berpikir, mungkin polanya terlalu susah untuk pemula. Lain kali aku akan mencoba memberi tugas yang lebih simple aja.

***

Itu sekilas flashback beberapa tahun lalu saat aku mengajar merajut untuk kawan-kawan di desaku. Itu adalah pengalaman berkesan karena itulah pertama kali aku diminta untuk mengisi pembekalan bagi gadis-gadis muda tentang kerajinan. Karena aku cuma bisa merajut, ya itulah materi yang bisa kuberikan.

Crochet mungkin begitu populer dang booming di perkotaan. Kreasi rajutan di masa kini benar-benar sangat modern dan spesial. Inovasi rajutan modern (atau sudah masuk postmodern?) jelas sangat beda dengan rajutan vintage yang kerap kita lihat di rumah nenek- nenek kita.

Sebaliknya di kawasan pedesaan, rajutan masih dipandang sebelah mata. Saat aku menceritakan tentang betapa prospek merajut di zaman sekarang sangat cerah. Respon yang kuterima tidak terlalu menggembirakan. Stigma rajutan selama ini hanya dipakai untuk membuat tutup kendi, taplak untuk menutup wadah hajatan ke tetangga, atau topi bayi. Itu pun dibuat dengan benang kasar dengan warna ngejreng (biasanya benang siet) dan dijual dengan harga sangat murah. Inilah yang membedakan persepsi di desa dan di kota.

Mandiri dari Rumah Sendiri

Salah satu impianku adalah membantu kaum perempuan memberdayakan dirinya tanpa harus keluar rumah dengan skill ketrampilan yang dimilikinya. Sehingga mereka mampu menghasilkan karya dan mandiri secara ekonomi tanpa perlu “sikut-sikutan” dengan para pencari kerja di ruang publik.

Melihat anak-anak perempuan muda yang kesulitan secara ekonomi, membuat hatiku tergerak. Ingin rasanya aku bisa melakukan sesuatu untuk membantu mereka. Karena bidang kemampuanku hanya merajut, maka ya…memang inilah yang bisa kulakukan.

Karena itulah aku ingin mengubah persepsi kuno tentang rajutan. Caranya dengan memberi pelatihan merajut dengan teknik tusukan yang lebih modern dan kekinian. Harapannya, rajutan menjadi lebih bernilai tinggi dan membantu mengangkat kehidupan ekonomi mereka menjadi lebih baik.

Alhamdulillah, setelah beberapa waktu akhirnya anak-anak muda ini tertarik dan mau belajar merajut. Bahkan setelah beberapa bulan berkutat dengan benang dan hakpen mereka bisa mencari uang sendiri dengan menerima pesanan. Mereka kini telah mahir membuat aneka rajutan, mulai dari sepatu bayi, peci, tempat pensil, baju bayi, tas, bahkan sweater rajut.

Melihat keberhasilan mereka, aku ikut bahagia. Setidaknya mereka bisa bekerja dari rumah dan menjadi sosok-sosok yang mandiri di kemudian hari.

Beberapa tips untuk berbagi kepedulian pada sesama:

1. Mulailah dengan mengenali potensi diri. Analisis apa yang kita mampu untuk berikan. Apakah harta, ilmu pengetahuan, tenaga, ketrampilan? Apa yang bisa kita bagi untuk orang lain? Meski terlihat sepele bisa saja itu bermanfaat untuk orang lain.

2. Menganalisis lingkungan sekitar kita. Lihat lebih dekat dengan berbincang tentang hal-hal yang menjadi masalah dengan sekitar.

3. Merencanakan solusi untuk permasalahan tersebut.

4. Sebaiknya bergerak bersama-sama dengan orang yang memiliki kesamaan visi misi.

5. Siap untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri jika program yang dijalankan mendapat masalah baru atau mengalami hambatan.

Selanjutnya? Yah, mari berusaha memperbaiki diri dan berusaha memberi manfaat bagi sekitar. Sesederhana apa pun yang kita berikan, insya Allaah manfaatnya akan turut kita rasakan.

Never stop learning…
Never stop giving…

Peduli dengan sesama bisa dilakukan siapa saja. Kamu juga bisa lho. Yuk, bergerak bersama.

::::

Artikel ini diikutsertakan dalam #GiveAwayPeduliKasih

Tinggalkan Balasan

This Post Has 2 Comments

  1. Enny Law

    masyaAlloh, hebat sekali mba nisa. Aku belum bisa seperti itu. Masih kesulitan dengan skill sendiri yg kebanyakan random dan musiman haha.

  2. F. Nisa

    Alhamdulillaah. Segala puji hanya untuk Allah.
    Aku yo angin2an, Mbak sakjane. hehe